KIAT MENDIDIK
ANAK DIDIK
PERSPEKTIF
ALQURAN DAN HADITS
Oleh: Abdul
Rasyid
Abstract
The task of educators is not only the duty of teaching,
but was able to overcome the problems in a situation of conflict
The task of educators is not only the duty of teaching,
but was able to overcome the problems in a situation of conflict
Conditions in
teaching activities. Angered a settlement will not be an
Action better
in solving the problem, but it is the end
of all the activities of the approach taken, Many approaches,
methods, and strategies that can be used in finishing
problems well which can be based on the Qur'an and Hadith.
Educators can present as good advisors to the problems
protege. Good educators are teachers able to control himself
in the face of problems and difficulties that policy
who do bring the students on positive change and respected.
Keywords: Educate, Educate Children, the Qur'an and the Hadith
of all the activities of the approach taken, Many approaches,
methods, and strategies that can be used in finishing
problems well which can be based on the Qur'an and Hadith.
Educators can present as good advisors to the problems
protege. Good educators are teachers able to control himself
in the face of problems and difficulties that policy
who do bring the students on positive change and respected.
Keywords: Educate, Educate Children, the Qur'an and the Hadith
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia selalu dihadapkan keanekaragaman pengalaman hidup terutama
dalam tugas pekerjaan. Pendidik, khususnya pada lingkungan pendidikan sering
kali terjadi konflik antara guru dan siswa. Sebagai pendidik tidak hanya
melaksanakan tugas mengajar tetapi juga mampu mengatasi konflik permasalahan
dan kesulitan yang dihadapi dalam kegiatan mengajar. Sering kali yang dilakukan
pendidik ketika dihadapkan pada kesulitan dan permasalahan, dengan peserta
didik adalah dengan perilaku marah, sedangkan banyak pendekatan yang bisa
dilakukan pendidik tanpa perilaku marah terhadap sesuatu kesalahan dan
ketidaksesuaian yang terjadi dalam kegiatan mengajar. Pendidik menyelesaikan
permasalahan dengan perilaku marah, hal ini telah memberikan kesan akan
ketidakmampuan mendidik dalam melaksanakan tugasnya.
Firman Allah
SWT:
w ß#Ïk=s3ã ª!$# $²¡øÿtR wÎ) $ygyèóãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x. $pkön=tãur $tB ôMt6|¡tFø.$# 3
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Q.S. Al-Baqarah Ayat: 286)
[1]
Ayat di atas dapat dipetik prinsip bahwa dalam tiap seseorang, Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Segala aktivitas
tindakan yang dilakukan seseorang dalam kebijakan dan pengelolaan akan dimintai
pertanggungjawabannya.[2]
Menurut Preire, guru tidak hanya dituntut untuk bisa menstimulasi
siswa-siswanya belajar tetapi mampu memperhatikan keragaman dan kesulitan
siswanya, karena daya serap dan kemampuan siswa berbeda beda[3]. Marah menurut kamus besar bahasa indonesia adalah
perasaan tidak senang karena perlakuan yang tidak sepantasnya.[4]., Marah bulanlah sebuah penyelesaian tindakan yang
lebih baik dalam menyelesaikan masalah, akan tetapi merupakan akhir dari segala
kegiatan pendekatan yang dilakukan. Guru adalah pendidik dengan keilmuan yang
dimiliki seharusnya faham dan mengerti tentang tindakan-tindakan yang
seharusnya dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Banyak
pendekatan yang dapat digunakan guru dalam menyelesaikan permasalahan,
karenanya guru dengan keilmuannya yang telah didapatkan dan dimiliki tentunya
bisa diterapkan dalam mengajar. Reaksi guru yang baik terhadap anak didik
adalah Guru bisa menerima berbagai masukan, pengendalian diri dan belajar dari
keadaan serta kondisi, bijaksana terhadap siswa, menyesuaikan diri dengan
keadaan siswa, memperhatikan dan membantu anak didik.[5] Guru yang baik adalah guru yang mampu mengendalikan
diri dalam menghadapi permasalahan dan kesulitan dalam mengajar, sehingga
kebijakan-kebijakan yang dilakukan membawa anak didik pada perubahan positif
dan disegani oleh murid-muridnya.
Firman Allah
SWT:
w =Ïtä ª!$# tôgyfø9$# Ïäþq¡9$$Î/ z`ÏB ÉAöqs)ø9$# wÎ) `tB zOÎ=àß 4 tb%x.ur ª!$# $·èÏÿx $¸JÎ=tã
Artinya: Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan
terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah Ayat: 148).[6]
Maksud dari Ucapan buruk adalah sebagai mencela orang, memaki, menerangkan
keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan seseorang, dan sebagainya.
Beidler menyatakan bahwa salah satu kreteria guru yang baik adalah memiliki
sikap positif dan berpikir bahwa mengajar adalah sebuah tugas menjadi orang tua
siswa sebagai putra putrinya dengan mengarahkan sesuai dengan kemampuan
keguruaannya.[7]
B.
Tindakan Mendidik yang Tidak Diperkenankan
Marah merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai
intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin,
marah adalah hal alami yang dimiliki dalam kepribadian manusia, jika
sesuatu yang tidak sesuai menurut suasana perasaan pikiran, maka kecendungan
emosi dapat mereaksi dan bergerak menjadi bersifat negatif sehingga mengarah
pada perasaan marah dalam menyelesaikan permasalahan. Marah juga merupakan
salah satu bentuk reaksi pendidik saat mendapati ada siswanya yang bermasalah.[8] Namun, menghadapi siswa bermasalah dengan perilaku
marah saja tidak akan merubah keadaan dengan baik, akan tetapi semakin
menjadi-jadi sifat buruknya.[9]. Rasulullah SAW mengingatkan dalam haditsnya untuk
tidak marah dalam setiap keadaan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
أَوْصِنِي، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ [رواه
البخاري]
Artinya: Dari sahabat Abu Khurairah Radhiayallaahu Anhu, bahwa ada
seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam: berilah
petuah kepadaku !. Rasulullah menjawab: Jangan marah !., Perkatan tersebut
diulang-ulang beberapa kali. Janganlah mudah marah. (Hr. Bukhari).[10]
Hikmah
dari hadits: Anjuran bagi setiap muslim untuk memberikan nasihat dan mengenal
perbuatan-perbuatan kebajikan, menambah wawasan ilmu yang bermanfaat serta
memberikan nasihat yang baik, Larangan marah dan Dianjurkan untuk mengulangi
pembicaraan hingga pendengar menyadari pentingnya dan kedudukannya.
Beragamnya tingkah laku peserta didik terkadang secara spontan pendidik
mengundang marah yang kurang menyenangkan bagi peserta didik yang walaupun niat
dan tujuannya baik, akan tetapi marah bulanlah suatu penyelesaian yang baik
dalam menyelesaikan masalah. Perilaku marah yang dilakukan guru seakan memberi
asumsi bahwa marah adalah suatu cara penyelesaian tentang suatu kesalahan yang
dapat dilakukan dan diterapkan dalam menyelesaikan masalah. Tingkatan Marah;
1. Kondisi pertama
adalah Ia menyimpan marah dalam hati secara tersembunyi tidak diungkapkan
ucapan dan perbuatan.
2. Kondisi kedua
adalah kemarahan diungkapkan dengan ucapan, seperti mencaci, mendoakan
kejelekan, kecelakaan.
3. Kondisi ketiga
adalah Marah dengan diekspresikan langsung dengan ucapan dan perbuatan
tindakan. Seperti memukul, mencupit, menendang dan menampar.[11]
Sikap seseorang pada umumnya sangat spontan dalam menyalurkan perilaku ketika
berhadapan pada situasi dan kondisi yang tidak sesuati keinginan. Marah
merupakan suatu perasaan yang dihayati oleh seseorang atau kelompok yang
cendrung bersifat menyerang. Emosional ini sering diberi konotasi negatif,
walaupun sesungguhnya merupakan suatu kondisi yang normal. Marah terhadap
sesuatu perbuatan atau keadaan secara utama tanpa mempetimbangkan penyelesaian
dengan kategori lainya adalah dapat dikatakan bersifat negatif. Perilaku
berikut yang tidak seharusnya dilakukan pada anak didik adalah:
1. Perilaku marah dengan memaki anak didik
Perilaku ini
tidak dibenarkan dan bertentangan yang diajarkan islam, ada baiknya ketika
marah agar dapat menahan marahnya. bahakan menurut salah satu penelitian satu
bentakan dan makian saja mampu membunuh lebih dari satu milyar sel-sel otak
anak saat itu juga yang dapat berakibat menjadi bebal atau apatis. Firman Allah
SWT:
w =Ïtä ª!$# tôgyfø9$# Ïäþq¡9$$Î/ z`ÏB ÉAöqs)ø9$# wÎ) `tB zOÎ=àß 4 tb%x.ur ª!$# $·èÏÿx $¸JÎ=tã
Artinya: Allah tidak menyukai Ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan
terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah Ayat: 148).[12]
Maksud dari Ucapan buruk adalah sebagai mencela orang, memaki,
menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan seseorang dan
sebagainya.
2. Perilaku membentak dan kasar pada anak didik
Perilaku ini
juga tidak dibenarkan dan bertentangan yang diajarkan islam, dalam hadis Nabi
Muhammad SAW., Dari Anas bin Malik berkata “Aku membantu Nabi selama sepuluh
tahun, Demi Allah beliau tidak pernah berkata kasar kepadaku. Tidak pernah
beliau berkata, Mengapa engkau melakukan demikan ?., atau mengapa engkau tidak
melakukan demikan (Hr. Ahmad). Perilaku bersikap keras dan kasar pada anak
didik seakan memberian asumsi bahwa hal ini dapat ditiru dan dilakukan pada
orang lain. Hadits Nabi Muhammad SAW;
عَنْ اَبِى هُرَيْرَهَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ ان رسو الله
صلى الله عليه وسلم قال: ليس الشديد با لصر عة انما الشديدالذى يملك نفسه عند
الغضب
Artinya “Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW
bersabda: Orang yang kuat itu bukanlah orang yang menang dalam perkelahian,
tetapi orang yang dinamakan kuat ialah orang yang dapat menguasai dirinya
ketika marah“. (Muttafaq’ Alaih).[13]
3. Perilaku memukul anak didik
Perilaku memukul merupakan perbuatan yang tidak dianjurkan untuk
dilakukan oleh pendidik. Kemudian apa yang seharusnya dilakukan pendidik dalam
menyelesaikan suatu konflik dan kesalahan peserta didik untuk
mendisiplinkannya.
Firman Allah SWT:
`Å¡ômr&ur... !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$
Artinya: .......dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. (Q.S.Al-Qhoshosh Ayat: 77).[14]
Sikap pengendalian diri dan kasih sayang pada orang lain dapat menjadi
acuan utama dalam kehidupan tanpa melihat tingkat jabatan dan kedudukan sosial
seseorang[15].
Firman Allah SWT:
(#ätÂty_ur 7py¥Íhy ×py¥Íhy $ygè=÷WÏiB ( ô`yJsù $xÿtã yxn=ô¹r&ur ¼çnãô_r'sù n?tã «!$# 4 ¼çm¯RÎ) w =Ïtä tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÍÉÈ
Artinya: Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka
barang siapa memaafkan dan berbuat baik, Maka pahalanya atas (tanggungan)
Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (Q.S.Asy-syuura
Ayat: 40).[16]., Yang dimaksud berbuat baik di sini ialah berbuat baik
kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.
Ketiga perilaku dibuat dalam penyelesaian masalah tersebut merupakan
prilaku otoriter akan memungkinkan muncul perilaku siswa yang tidak diharapkan
seperti tingkah laku negatif, kekerasan, pura-pura patuh.[17]., Beberapa
tindakan yang perlu diperhatikan pendidik antara lain. Jangan menegur siswa
dihadapkan kawan-kawannya, Jangan memarahi siswa dengan suara tinggi, Bersikap
adil terhadap semua siswa, Buktikan siswa bersalah sebelum menghukum dan Patuhi
aturan yang sudah diterapkan.[18]
C.
Kiat Tindakan Mendidik Anak Didik
Tugas pendidik adalah melanjutkan pendidikan yang dilakukan keluarga dan
bertanggung jawab terhadap anak didiknya. Setiap peserta didik memiliki ragam
tingkah laku yang berbeda beda, maka tugas pendidiklah yang mengarahkan
perilaku tersebut pada kebaikan. Sebagai pendidik hal yang perlu diperhatikan
adalah kecakapan berbicara, termasuk pemeliharaan intonasi dan pemeliharaan
kata yang tepat dan pantas, hubungan interaksi terutama terkait cara dalam
menangani masalah emosi[19].
Pendidik secara spontalitas dalam situasi kondisi yang tidak dalam
pengendalian diri ketika berhadapan dengan masalah pendidik sering kali
mengambil keputusan dan menentukan yang menurut mereka benar untuk dilakukan.
Pengambilan keputusan harus berdasarkan aspek terkait dangan dampak baik dan
buruk jika pengambilan kepusan tersebut dilakukan. Oleh kerena itu, dalam
proses pengambilan keputusan seseorang harus benar-benar mempertimbangkan
berbagai kemungkinan yang akan terjadi dan didasarkan dari berbagai sudut
pandang.[20]. Pendidik pada situasi ini harus mampu menguasai dan
mengendalikan diri dalam mengambil keputusan yang bijaksana.
Firman Allah
SWT:
ûüÏJÏà»x6ø9$#ur........... xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä úüÏZÅ¡ósßJø9$#
Artinya: ...........dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan. (Q.S. Al Imran Ayat 134).[21]
Tugas pendidik dalam mendidik anak tidaklah mudah, peserta didik
adakalanya melakukan kesalahan dan itu merupakan bagian dari proses belajar
peserta didik. sebagai pendidik terkadang merasa kesal terhadap prilaku
anak didik, rasa kesal telah diikuti dengan peresaan marah, sehingga pendidik
memarahi dan menghukum peserta didik. Pendidik memarahi dengan tujuan agar
menyesali perbuatan dan berharap prilaku siswa tersebut tidak mengulangi
perbuatannya. Akan tetapi perlu kita ingat bahwa haruskah peserta didik ketika
berbuat kesalahan dengan memberikan sebuah penyelesaian dengan prilaku marah.
Banyak penyelesaian dari kesalahan peserta didik tanpa kesal dan marah dalam
meemperbaiki prilakunnya. Prilaku marah yang dilakukan pada peserta didik
merupakan hal yang terakhir setelah cara-cara peringatan yang lain tidak
berjalan.
Pendidik hendaklah mendidik peserta didik supaya mengerjakan dan berbuat
yang baik. Pada tiap-tiap pekerjaan, kesabaran merupakan syarat yang sangat
diperlukan, apalagi pekerjaan guru sebagai pendidik, maka sabar perlu bagi
pendidik terutama dalam melaksanakan akan tugas-tugasnya[22]., Banyak cara yang dapat dilakukan pendidik tanpa
penyelesaian dengan emosional atau marah, sebagai pendidik diharapkan dalam
mengambil keputusan harus dengan cara profesional, marah bukanlah hal
penyelesaian yang terbaik dan utama tetapi marah merupakan hal terakhir dari
segala usaha yang sudah dilakukan, kegiatan yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut;
1. Pencegahan (Preventif)
Merupakan
tindakan dalam mengatur siswa dan peralatan serta format pembelajaran yang
tepat sehingga menimbulkan kondisi yang menguntungkan bagi terciptanya proses
belajar mengajar atau suatu pencegahan sebelum melakukan perilaku menyimpang.[23] Dimensi pencegahan diarahkan pada pelayanan
perkembangan tuntunan dan kebutuhan siswa individu dan kelompok.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pencegahan adalah:
a) Peningkatan
kesadaran diri sebagai guru.
Implikasi adanya kesadaran
diri sebagai guru akan tampak dalam sikap guru yang demogratis tidak otoriter,
menunjukkan sikap kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa, sehingga
pada akhirnya menimbulkan reaksi dan respon yang positif bagi siswa.[24] Mendidik bulanlah pekerjaan sederhana, pendidik
sesungguhnya harus mampu membawa peserta didik dari kegelapan menuju suatu
pencerahan yang terang benerang.[25] Tugas pendidik inilah sebagai tanggung jawab dan
merupakan amanah yang harus dijalankan sebaik-baiknya. Firman Allah SWT.
$pkr'¯»t z`Ï%©!$# (#qãZtB#uä w (#qçRqèrB ©!$# tAqߧ9$#ur (#þqçRqèrBur öNä3ÏG»oY»tBr& öNçFRr&ur tbqßJn=÷ès?
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Q.S.Al-Anfal Ayat: 27).[26]
Tiap masalah pendidik dapat hadir sebagai penasehat yang baik, karenanya guru
sebagai orang dewasa yang mampu mengembangkan berbagai metode, kiat dan cara untuk
menghadapi dan menyelesaikan permasalahan. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai
guru akan tugasnya tampak dalam sikap guru yang tidak otoriter, menunjukkan
sikap kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa, sehingga pada akhirnya
menimbulkan reaksi dan respon yang positif bagi siswa. Kesadaran diri adalah
bahan baku penting untuk menunjukkan kejelasan dan pemahaman tentang perilaku
seseorang. Kesadaran diri ini juga menjadi titik ukur bagi perkembangan
pribadi, dan pada saat inilah pengembangan kecerdasan emosi dapat dimulai.[27]
b) Peningkatan
kesadaran siswa,
Kurangnya kesadaran diri pada
siswa ditandai dengan sikap yang mudah marah, mudah tersinggung, mudah
kecewa. Untuk menanggulangi tersebut, guru harus berupaya meningkatkan
kesadaran siswa melalui tindakan: Memberitahukan kepada siswa tentang hak dan
kewajiban siswa sebagai anggota kelas, Memperhatikan kebutuhan dan
keinginan siswa dan Mencipkan suasana saling pengertian guru dan siswa.[28]
c) Sikap tulus
dari guru, dalam hal ini, Carl A. Rongers mengemukakan pentingnya sikap tulus
dari guru menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia dan menegerti
keberadaan peserta didik sebagai bagian dari proses belajar.[29] Kehadiran guru memiliki tujuan yang diharapkan dalam
mengarahkan peserta didik pada perubahan perilaku yang baik.
d) Mengenal dan
menemukan alternatif pengelolaan. Langkah ini dapat dilakukan dengan:
Mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku yang bersifat individu dan
kelompok, Mengenal berbagai pendekatan dan menggunakan sesuai dengan situasi
keadaan keperluandan Mempelajari pengalaman guru atau orang lain yang baik dan
gagal sehingga mempunyai alternatif variasi.
e) Menciptakan
kontrak pencegahan. Membuat aturan dengan kesepakan guru dan siswa secara
bersama berupa aturan yang dihormati dan ditaati.[30]
2. Perbaikan (Kuratif) adalah:
a) Mengidentifikasi
masalah,
Pada langkah ini
pendidik melakukan kegiatan mengenal atau mengetahui permasalahan yang timul
dan jenis-jenis penyimpangan yang terjadi terhadap kesalahan peserta didik.
Carilah penyebab kenapa anak berperilaku demikian dan yang paling penting
adalah perhatian sebelum memutuskan untuk menghukum atau memarahi.
b) Menganalisa
masalah,
Pada langkah
ini, kegiatan guru adalah berusaha untuk menganalisa penyimpangan, latar
belakang penyimpangan, dan sumber penyimpangan, kemudian menentukan
alternatif yang akan digunakan
c) Memilih
alternatif pemecahan,
Kegiatan yang
dilakukan guru adalah memilih alternatif yang paling tepat dalam menanggulagi
penyimpangan tersebut
d) Melaksanakan
alternatif,
Setelah
ditetapkan alternatif yang tepat maka langkah selanjutnya pelaksakaan alternatif,
e) Mendapatkan
balikan.
Langkah ini
menilai apakah pelaksanaan alternatif perbaikan yang telah dipilih telah
mencapai sasaran sesuai yang direncanakan. Semua yang dilakukan adalah untuk
memperbaiki kegiatan program pembelajaran.[31]
3. Pendekatan Pendidik
Pendekatan merupakan strategi yang dapat dilakukan pendidik dalam meniadakan
dan menghentikan prilaku buruk anak didik. Beberapa cara dalam menangani
peserta didik yang membuat masalah tanpa menyelesaiakan melalui marah dan
menghukum yaitu:
a) Pendekatan dengan mendekati dan ajak bicara.
Jika ada
peserta didik yang berbuat masalah, pendidik sebaiknya jangan memarahi,
menghukum, atau memberi sangsi (mempermalukan) anak didik. Akan lebih baik jika
pendidik melakukan pendekatan yang bersifat personal dengan mengajak bicara
baik-baik dan memberi nasehat. Memarahi dan menghukum anak didik merupakan cara
yang kurang efektif. Selain anak didik merasa dipermalukan, cara itu juga
mengganggu siswa lain dalam melakukan kegiatannya, sehingga situasi dan kondisi
siswa lain terganggu.[32]. pendidik perlu bersabar dan berleku bijaksana
terhadap peserta didik, karena sikap dan perbuatan anak didik merupakan tugas
dan amanah pendidik untuk mengarahkan pada kedaan yang positif.
Firman Allah
SWT.
`yJs9ur uy9|¹ txÿxîur ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏJs9 ÏQ÷tã ÍqãBW{$#
Artinya: Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan,
Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan.
(Q.S. Asy-Syura Ayat: 43).[33]
b) Pendekatan dengan melibatkan orang tua
Melibatkan
orang tua dari siswa yang sering berbuat masalah dapat dilakukan. Cara ini
ditempuh jika guru menginginkan orang tuaanya terlibat secara aktif dalam
proses pendidikan anak-anaknya. Dalam hal ini, pendidik menjelaskan secara
rinci kelakuan peserta didik kepada orang tuanya yang bersangkutan, untuk
kemuadian diupayakan solusi bersama. Ajak orang tua berdiskusi dari hati kehati
merngenai masalah peserta didik. Melibatkan orang sehingga tua muncul saling
pengertian bersama.[34]. pendekatan ini dapat dilakukan diasrama atau di
sekolah maupun ditempat orang tua atau walinya.[35]
c) Pendekatan guru bimbingan dan konseling. Guru BK
memiliki peran yang penting terhadap perilaku anak didik.
d) Pendekatan resep yaitu membuat daftar aturan
yang boleh dikerjakan dan tidak dikerjakan dan dipatuhi secara bersama-sama.
e) Pendekatan pengajaran yaitu pendekatan menganjurkan
tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang baik contohnya memberikan nasehat yang baik
f) Pendekatan pola tingkah laku. Pendekatan ini terdiri
dua yaitu pertama, Pendekatan pola prilaku positif yaitu dapat dilakukan
dengan memberikan stimulus peserta didik yang positif terhadap prilaku
perbuatan baik. Kedua, pola penguatan tindakan negatif dapat dilakukan dengan
meniadakan yang tidak menyenangkan atau tidak disukai.
g) Pendekatan sosio-emosional; pengelolaan yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar
efektif dan efesien.[36]., Halim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan
masalah, guru berusaha untuk mempertimbangkan situasi, bukan pribadi prilaku
pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang dilihat dan rasakan; serta
mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatid peenyelesaian. [37] William Glasser bahwa pendidik seyogyanya membantu
peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi;
menganalisis dan menilai masalah; menyusun pemecahan masalah; mengarahkan
dan membantu peserta didik menyelesaian masalah dengan baik. [38]
4. Sabar dan rela berkorban
Hampir tiap-tiap pekerjaan, kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan,
apalagi pekerjaan guru sebagai pendidik, sifat sabar perlu dipunyai seorang
guru dalam mendidik[39]. Sifat sabar perlu dipumyai oleh pendidik, baik dalam
melakukan tugas mendidik maupun dalam menanti hasil dari jeri payahnya.
Hasil pekerjaan tiap-tiap pendidik dalam mendidik seorang anak didik tidak
dapat ditunjukkan dan dilihat dengan seketika.[40]., Firman Allah SWT.
3...... ª!$#ur =Ïtä tûïÎÉ9»¢Á9$#
Firman Allah
SWT.
$ygr'¯»t z`Ï%©!$# (#qãZtB#uä (#qãYÏètGó$# Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÎÉ9»¢Á9$#
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Q.S. Al Baqoroh Ayat 153).[42]
Firman Allah
SWT.
(#qãZÏètFó$#ur Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouÎ7s3s9 wÎ) n?tã tûüÏèϱ»sø:$#
Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu', (Q.S. Al Baqoroh Ayat 45).[43]
D.
Kesimpulan
Pendidik yang berhasil dan baik adalah pendidik dalam menyelesaiakan
kesulitan dan permasalahan mampu mengendalikan diri dalam situasi dan kondisi
yang baik ketika berhadapan pada permasalahan peserta didik. Marah adalah
perasaan tidak senang karena perlakuan yang tidak sepantasnya. Marah bulanlah
sebuah penyelesaian tindakan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah, akan
tetapi merupakan akhir dari segala kegiatan pendekatan yang dilakukan. Pendidik
dengan keilmuan yang dimiliki seharusnya faham dan mengerti tentang
tindakan-tindakan yang seharusnya dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi sehingga anak didik merasa nyaman untuk belajar. dan banyak
pendekatan yang dapat digunakan guru dalam menyelesaikan permasalahan,
karenanya guru dengan keilmuannya yang telah didapatkan dan dimiliki tentunya
bisa diterapkan dalam mengajar. Pendidik ketika berhadapan dengan kesulitan dan
permasalahan tidak menyelesaikan persoalan dengan marah sebagai awal dari
penyelesaian, tetapi dengan pendekatan yang baik, beretika mendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. dkk. (2000). Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Tim Redaksi. Jakarta.
Ari Wahyudi, Abu Muslih. (2008). Hakekat Sabar.
Pustaka Elposowy. KM 21 Jatinangor.
An Nawawi, Iman. (1992). Hadits Pilihan Terjemahan Hadits Arbai’in.
Penerbit Husaini. Bandung.
B.Uno, Hamzah. (2006). Orientasi Baru dalam Psikologi
Pembelajaran.
PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Choiran Marzuki, A. (2010). 300 Hadis Fadhilah Amal Shaleh. Mitrapustaka.
Yogyakarta.
Depertemen Agama RI. (2007). Syaamil Al-Quran Terjemahan Perkata.
Sygma. Bandung.
Fakhrudin, Arif. dkk. (2011). Alhidayah Al-Quran Tafsir Perkata
Tajwid Kode Angka. P.T. Kalim.Tangerang.
Mudasir. (2011). Manajemen Kelas. PenerbitZanafa
Publishing. Pekanbaru.
Purwanto, Ngalim. (2007). Ilmu Pendidikan Teoritis dan
Praktis. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Rosyada, Dede. (2004). Paradigma Pendidikan Demogratis. Kencana
Prenada Media Groub. Jakarta.
Rukmana, Nana. (2007). Etika Kepemimpinan Perspektif Agama dan Moral.
CV. Alfabeta. Bandung.
Rusydie, Salman. (2011). Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas.
DIVA Press. Jogjakarta.
Sujono, dkk. (2011). Belajar dan Pembelajaran. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Syafaat, Aat. ddk. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam dalam
Mencegah Kenakalan Remaja. Rajagrapindo Persada. Jakarta.
Syaifudin, Muhammad. (2012). Pengantar Ilmu Pendidikan Islam.
Bahari Press. Yogyakarta.
Wardoyo, Sigit Mangun. (2013). Pembelajaran Konstruktivisme. CV.
Alfabeta.
Bandung.
[2]Muhammad Syaifudin, Pegengantar
Ilmu Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Bahari Press, 2012). hal. 131.
[3]Dede Rosyada, Paradigma
Pendidikan Demogratis. (Jakarta: Kencana Prenadamedia Groub, 2004). hal.
109.
[4]Hasan Alwi, dkk. Tim Redaksi
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Tim Redaksi, 2000). hal. 175.
[10]Iman An Nawawi, Hadits Pilihan
Terjemahan Hadits Arbai’in. (Bandung: Penerbit Husaini, 1992). hal.
28
[14]Nana Rukmana, Etika Kepemimpinan
Perspektif Agama dan Moral. (Bandung: CV. Alfabeta, 2007). hal. 151.
[22]Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan
Teoritis Dan Praktis. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). 2007). hal.
144.
[23]Aat Syafaat, Ddk. Peranan
Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja. (Jakarta:
Rajagrapindo Persada, 2008). hal 139.
[27]Hamzah B.Uno, Orientasi Baru
dalam Psikologi Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006).
hal. 70.
[39]Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan
Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007). hal. 144.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar