Sabtu, 01 Februari 2020

JURNAL: KIAT MENDIDIK ANAK DIDIK PERSPEKTIF ALQURAN DAN HADITS



KIAT MENDIDIK ANAK DIDIK
PERSPEKTIF ALQURAN DAN HADITS
Oleh: Abdul Rasyid


Abstract

The task of educators is not only the duty of teaching,
but was able to overcome the problems in a situation of conflict
Conditions in teaching activities. Angered a settlement will not be an
Action better in solving the problem, but it is the end
of all the activities of the approach taken, Many approaches,
methods, and strategies that can be used in finishing
problems well which can be based on the Qur'an and Hadith.
Educators can present as good advisors to the problems
protege. Good educators are teachers able to control himself
in the face of problems and difficulties that policy
who do bring the students on positive change and respected.


Keywords: Educate, Educate Children, the Qur'an and the Hadith


A.      Latar Belakang
            Kehidupan manusia selalu dihadapkan keanekaragaman pengalaman hidup terutama dalam tugas pekerjaan. Pendidik, khususnya pada lingkungan pendidikan sering kali terjadi konflik antara guru dan siswa. Sebagai pendidik tidak hanya melaksanakan tugas mengajar tetapi juga mampu mengatasi konflik permasalahan dan kesulitan yang dihadapi dalam kegiatan mengajar. Sering kali yang dilakukan pendidik ketika dihadapkan pada kesulitan dan permasalahan, dengan peserta didik adalah dengan perilaku marah, sedangkan banyak pendekatan yang bisa dilakukan pendidik tanpa perilaku marah terhadap sesuatu kesalahan dan ketidaksesuaian yang terjadi dalam kegiatan mengajar. Pendidik menyelesaikan permasalahan dengan perilaku marah, hal ini telah memberikan kesan akan ketidakmampuan mendidik dalam melaksanakan tugasnya.

Firman Allah SWT:
Ÿw ß#Ïk=s3ムª!$# $²¡øÿtR žwÎ) $ygyèóãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x. $pköŽn=tãur $tB ôMt6|¡tFø.$# 3
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Q.S. Al-Baqarah Ayat: 286) [1]

            Ayat di atas dapat dipetik prinsip bahwa dalam tiap seseorang, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Segala aktivitas tindakan yang dilakukan seseorang dalam kebijakan dan pengelolaan akan dimintai pertanggungjawabannya.[2]
            Menurut  Preire, guru tidak hanya dituntut untuk bisa menstimulasi siswa-siswanya belajar tetapi mampu memperhatikan keragaman dan kesulitan siswanya, karena daya serap dan kemampuan siswa berbeda beda[3]. Marah menurut kamus besar bahasa indonesia adalah perasaan tidak senang karena perlakuan yang tidak sepantasnya.[4]., Marah bulanlah sebuah penyelesaian tindakan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah, akan tetapi merupakan akhir dari segala kegiatan pendekatan yang dilakukan. Guru adalah pendidik dengan keilmuan yang dimiliki seharusnya faham dan mengerti tentang tindakan-tindakan yang seharusnya dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Banyak pendekatan yang dapat digunakan guru dalam menyelesaikan permasalahan, karenanya guru dengan keilmuannya yang telah didapatkan dan dimiliki tentunya bisa diterapkan dalam mengajar. Reaksi guru yang baik terhadap anak didik adalah Guru bisa menerima berbagai masukan, pengendalian diri dan belajar dari keadaan serta kondisi, bijaksana terhadap siswa, menyesuaikan diri dengan keadaan siswa, memperhatikan dan membantu anak didik.[5] Guru yang baik adalah guru yang mampu mengendalikan diri dalam menghadapi permasalahan dan kesulitan dalam mengajar, sehingga kebijakan-kebijakan yang dilakukan membawa anak didik pada perubahan positif dan disegani oleh murid-muridnya.
Firman Allah SWT:
žw =Ïtä ª!$# tôgyfø9$# Ïäþq¡9$$Î/ z`ÏB ÉAöqs)ø9$# žwÎ) `tB zOÎ=àß 4 tb%x.ur ª!$# $·èÏÿxœ $¸JŠÎ=tã 
Artinya: Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah Ayat: 148).[6]

            Maksud dari Ucapan buruk adalah sebagai mencela orang, memaki, menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan seseorang, dan sebagainya. Beidler menyatakan bahwa salah satu kreteria guru yang baik adalah memiliki sikap positif dan berpikir bahwa mengajar adalah sebuah tugas menjadi orang tua siswa sebagai putra putrinya dengan mengarahkan sesuai dengan kemampuan keguruaannya.[7]

B.   Tindakan Mendidik yang Tidak Diperkenankan
Marah merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin, marah adalah hal alami yang dimiliki dalam kepribadian manusia,  jika sesuatu yang tidak sesuai menurut suasana perasaan pikiran, maka kecendungan emosi dapat mereaksi dan bergerak menjadi bersifat negatif sehingga mengarah pada perasaan marah dalam menyelesaikan permasalahan. Marah juga merupakan salah satu bentuk reaksi pendidik saat mendapati ada siswanya yang bermasalah.[8] Namun, menghadapi siswa bermasalah dengan perilaku marah saja tidak akan merubah keadaan dengan baik, akan tetapi semakin menjadi-jadi sifat buruknya.[9]. Rasulullah SAW mengingatkan dalam haditsnya untuk tidak marah dalam setiap keadaan.  
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ [رواه البخاري]
Artinya: Dari sahabat Abu Khurairah Radhiayallaahu Anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam: berilah petuah kepadaku !. Rasulullah menjawab: Jangan marah !., Perkatan tersebut diulang-ulang beberapa kali. Janganlah mudah marah. (Hr. Bukhari).[10]
Hikmah dari hadits: Anjuran bagi setiap muslim untuk memberikan nasihat dan mengenal perbuatan-perbuatan kebajikan, menambah wawasan ilmu yang bermanfaat serta memberikan nasihat yang baik, Larangan marah dan Dianjurkan untuk mengulangi pembicaraan hingga pendengar menyadari pentingnya dan kedudukannya.
Beragamnya tingkah laku peserta didik terkadang secara spontan pendidik mengundang marah yang kurang menyenangkan bagi peserta didik yang walaupun niat dan tujuannya baik, akan tetapi marah bulanlah suatu penyelesaian yang baik dalam menyelesaikan masalah. Perilaku marah yang dilakukan guru seakan memberi asumsi bahwa marah adalah suatu cara penyelesaian tentang suatu kesalahan yang dapat dilakukan dan diterapkan dalam menyelesaikan masalah. Tingkatan Marah;
1.    Kondisi pertama adalah Ia menyimpan marah dalam hati secara tersembunyi tidak diungkapkan ucapan dan perbuatan.
2.    Kondisi kedua adalah kemarahan diungkapkan dengan ucapan, seperti mencaci, mendoakan kejelekan, kecelakaan.
3.    Kondisi ketiga adalah Marah dengan diekspresikan langsung dengan ucapan dan perbuatan tindakan. Seperti memukul, mencupit, menendang dan menampar.[11]
            Sikap seseorang pada umumnya sangat spontan dalam menyalurkan perilaku ketika berhadapan pada situasi dan kondisi yang tidak sesuati keinginan. Marah merupakan suatu perasaan yang dihayati oleh seseorang atau kelompok yang cendrung bersifat menyerang. Emosional ini sering diberi konotasi negatif, walaupun sesungguhnya merupakan suatu kondisi yang normal. Marah terhadap sesuatu perbuatan atau keadaan secara utama tanpa mempetimbangkan penyelesaian dengan kategori lainya adalah dapat dikatakan bersifat negatif. Perilaku berikut yang tidak seharusnya dilakukan pada anak didik adalah:
1.    Perilaku marah dengan memaki anak didik
Perilaku ini tidak dibenarkan dan bertentangan yang diajarkan islam, ada baiknya ketika marah agar dapat menahan marahnya. bahakan menurut salah satu penelitian satu bentakan dan makian saja mampu membunuh lebih dari satu milyar sel-sel otak anak saat itu juga yang dapat berakibat menjadi bebal atau apatis. Firman Allah SWT:
žw =Ïtä ª!$# tôgyfø9$# Ïäþq¡9$$Î/ z`ÏB ÉAöqs)ø9$# žwÎ) `tB zOÎ=àß 4 tb%x.ur ª!$# $·èÏÿxœ $¸JŠÎ=tã  
Artinya: Allah tidak menyukai Ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah Ayat: 148).[12]

Maksud dari Ucapan buruk adalah sebagai mencela orang, memaki, menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan seseorang dan sebagainya.

2.    Perilaku membentak dan kasar pada anak didik
Perilaku ini juga tidak dibenarkan dan bertentangan yang diajarkan islam, dalam hadis Nabi Muhammad SAW., Dari Anas bin Malik berkata “Aku membantu Nabi selama sepuluh tahun, Demi Allah beliau tidak pernah berkata kasar kepadaku. Tidak pernah beliau berkata, Mengapa engkau melakukan demikan ?., atau mengapa engkau tidak melakukan demikan (Hr. Ahmad). Perilaku bersikap keras dan kasar pada anak didik seakan memberian asumsi bahwa hal ini dapat ditiru dan dilakukan pada orang lain. Hadits Nabi Muhammad SAW;

عَنْ اَبِى هُرَيْرَهَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ ان رسو الله صلى الله عليه وسلم قال: ليس الشديد با لصر عة انما الشديدالذى يملك نفسه عند الغضب


Artinya “Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: Orang yang kuat itu bukanlah orang yang menang dalam perkelahian,  tetapi orang yang dinamakan kuat ialah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah“. (Muttafaq’ Alaih).[13]

3.    Perilaku memukul anak didik
Perilaku memukul merupakan perbuatan yang tidak dianjurkan untuk dilakukan oleh pendidik. Kemudian apa yang seharusnya dilakukan pendidik dalam menyelesaikan suatu konflik dan kesalahan peserta didik untuk mendisiplinkannya.
Firman Allah SWT:
`Å¡ômr&ur... !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$
Artinya: .......dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S.Al-Qhoshosh Ayat: 77).[14]

Sikap pengendalian diri dan kasih sayang pada orang lain dapat menjadi acuan utama dalam kehidupan tanpa melihat tingkat jabatan dan kedudukan sosial seseorang[15].

Firman Allah SWT:
(#äty_ur 7py¥ÍhŠy ×py¥ÍhŠy $ygè=÷WÏiB ( ô`yJsù $xÿtã yxn=ô¹r&ur ¼çnãô_r'sù n?tã «!$# 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä tûüÏJΩà9$# ÇÍÉÈ  

Artinya: Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (Q.S.Asy-syuura Ayat: 40).[16]., Yang dimaksud berbuat baik di sini ialah berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.
             
              Ketiga perilaku  dibuat dalam penyelesaian masalah tersebut merupakan prilaku otoriter akan memungkinkan muncul perilaku siswa yang tidak diharapkan seperti tingkah laku negatif, kekerasan, pura-pura patuh.[17]., Beberapa tindakan yang perlu diperhatikan pendidik antara lain. Jangan menegur siswa dihadapkan kawan-kawannya, Jangan memarahi siswa dengan suara tinggi, Bersikap adil terhadap semua siswa, Buktikan siswa bersalah sebelum menghukum dan Patuhi aturan yang sudah diterapkan.[18]

C.        Kiat Tindakan Mendidik Anak Didik
Tugas pendidik adalah melanjutkan pendidikan yang dilakukan keluarga dan bertanggung jawab terhadap anak didiknya. Setiap peserta didik memiliki ragam tingkah laku yang berbeda beda, maka tugas pendidiklah yang mengarahkan perilaku tersebut pada kebaikan. Sebagai pendidik hal yang perlu diperhatikan adalah kecakapan berbicara, termasuk pemeliharaan intonasi dan pemeliharaan kata yang tepat dan pantas, hubungan interaksi terutama terkait cara dalam menangani masalah emosi[19].
Pendidik secara spontalitas dalam situasi kondisi yang tidak dalam pengendalian diri ketika berhadapan dengan masalah pendidik sering kali mengambil keputusan dan menentukan yang menurut mereka benar untuk dilakukan. Pengambilan keputusan harus berdasarkan aspek terkait dangan dampak baik dan buruk jika pengambilan kepusan tersebut dilakukan. Oleh kerena itu, dalam proses pengambilan keputusan seseorang harus benar-benar mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi dan didasarkan dari berbagai sudut pandang.[20]. Pendidik pada situasi ini harus mampu menguasai dan mengendalikan diri dalam mengambil keputusan yang bijaksana.
Firman Allah SWT:
ûüÏJÏà»x6ø9$#ur........... xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä† šúüÏZÅ¡ósßJø9$#  
Artinya:    ...........dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Al Imran Ayat 134).[21]
Tugas pendidik dalam mendidik anak tidaklah mudah, peserta didik adakalanya melakukan kesalahan dan itu merupakan bagian dari proses belajar peserta didik.  sebagai pendidik terkadang merasa kesal terhadap prilaku anak didik, rasa kesal telah diikuti dengan peresaan marah, sehingga pendidik memarahi dan menghukum peserta didik. Pendidik memarahi dengan tujuan agar menyesali perbuatan dan berharap prilaku siswa tersebut tidak mengulangi perbuatannya. Akan tetapi perlu kita ingat bahwa haruskah peserta didik ketika berbuat kesalahan dengan memberikan sebuah penyelesaian dengan prilaku marah.  Banyak penyelesaian dari kesalahan peserta didik tanpa kesal dan marah dalam meemperbaiki prilakunnya. Prilaku marah yang dilakukan pada  peserta didik merupakan hal yang terakhir setelah cara-cara peringatan yang lain tidak berjalan.
Pendidik hendaklah mendidik peserta didik supaya mengerjakan dan berbuat yang baik. Pada tiap-tiap pekerjaan, kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan, apalagi pekerjaan guru sebagai pendidik, maka sabar perlu bagi pendidik terutama dalam melaksanakan akan tugas-tugasnya[22]., Banyak cara yang dapat dilakukan pendidik tanpa penyelesaian dengan emosional atau marah, sebagai pendidik diharapkan dalam mengambil keputusan harus dengan cara profesional, marah bukanlah hal penyelesaian yang terbaik dan utama tetapi marah merupakan hal terakhir dari segala usaha yang sudah dilakukan, kegiatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut;
1.    Pencegahan (Preventif)
Merupakan tindakan dalam mengatur siswa dan peralatan serta format pembelajaran yang tepat sehingga menimbulkan kondisi yang menguntungkan bagi terciptanya proses belajar mengajar atau suatu pencegahan sebelum melakukan perilaku menyimpang.[23] Dimensi pencegahan diarahkan pada pelayanan perkembangan tuntunan dan kebutuhan siswa individu dan kelompok. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pencegahan adalah:
a)    Peningkatan kesadaran diri sebagai guru.
     Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak dalam sikap guru yang demogratis tidak otoriter, menunjukkan sikap kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa, sehingga pada akhirnya menimbulkan reaksi dan respon yang positif bagi siswa.[24] Mendidik bulanlah pekerjaan sederhana, pendidik sesungguhnya harus mampu membawa peserta didik dari kegelapan menuju suatu pencerahan yang terang benerang.[25] Tugas pendidik inilah sebagai tanggung jawab dan merupakan amanah yang harus dijalankan sebaik-baiknya. Firman Allah SWT.
  $pkš‰r'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qçRqèƒrB ©!$# tAqߧ9$#ur (#þqçRqèƒrBur öNä3ÏG»otBr& öNçFRr&ur tbqßJn=÷ès?  
Artinya:  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Q.S.Al-Anfal Ayat: 27).[26]

                 Tiap masalah pendidik dapat hadir sebagai penasehat yang baik, karenanya guru sebagai orang dewasa yang mampu mengembangkan berbagai metode, kiat dan cara untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tugasnya tampak dalam sikap guru yang tidak otoriter, menunjukkan sikap kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa, sehingga pada akhirnya menimbulkan reaksi dan respon yang positif bagi siswa. Kesadaran diri adalah bahan baku penting untuk menunjukkan kejelasan dan pemahaman tentang perilaku seseorang. Kesadaran diri ini juga menjadi titik ukur bagi perkembangan pribadi, dan pada saat inilah pengembangan kecerdasan emosi dapat dimulai.[27]
b)   Peningkatan kesadaran siswa,
     Kurangnya kesadaran diri pada siswa ditandai dengan sikap yang mudah marah, mudah tersinggung, mudah kecewa.  Untuk menanggulangi tersebut, guru harus berupaya meningkatkan kesadaran siswa melalui tindakan: Memberitahukan kepada siswa tentang hak dan kewajiban siswa sebagai anggota kelas, Memperhatikan kebutuhan  dan keinginan siswa dan Mencipkan suasana saling pengertian guru dan siswa.[28]
c)    Sikap tulus dari guru, dalam hal ini, Carl A. Rongers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia dan menegerti keberadaan peserta didik sebagai bagian dari proses belajar.[29] Kehadiran guru memiliki tujuan yang diharapkan dalam mengarahkan peserta didik pada perubahan perilaku yang baik.
d)   Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan. Langkah ini dapat dilakukan dengan: Mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku yang bersifat individu dan kelompok, Mengenal berbagai pendekatan dan menggunakan sesuai dengan situasi keadaan keperluandan Mempelajari pengalaman guru atau orang lain yang baik dan gagal sehingga mempunyai alternatif variasi.
e)    Menciptakan kontrak pencegahan. Membuat aturan dengan kesepakan guru dan siswa secara bersama  berupa aturan yang dihormati dan ditaati.[30]

2.    Perbaikan (Kuratif) adalah:
a)    Mengidentifikasi masalah,
Pada langkah ini pendidik melakukan kegiatan mengenal atau mengetahui permasalahan yang timul dan jenis-jenis penyimpangan yang terjadi terhadap kesalahan peserta didik. Carilah penyebab kenapa anak berperilaku demikian dan yang paling penting adalah perhatian sebelum memutuskan untuk menghukum atau memarahi.
b)   Menganalisa masalah,
Pada langkah ini, kegiatan guru adalah berusaha untuk menganalisa penyimpangan, latar belakang penyimpangan,  dan sumber penyimpangan, kemudian menentukan alternatif yang akan digunakan
c)    Memilih alternatif pemecahan,
Kegiatan yang dilakukan guru adalah memilih alternatif yang paling tepat dalam menanggulagi penyimpangan tersebut
d)   Melaksanakan alternatif,
Setelah ditetapkan alternatif yang tepat maka langkah selanjutnya pelaksakaan alternatif,
e)    Mendapatkan balikan.
Langkah ini menilai apakah pelaksanaan alternatif perbaikan yang telah dipilih telah mencapai sasaran sesuai yang direncanakan. Semua yang dilakukan adalah untuk memperbaiki kegiatan program pembelajaran.[31]
3.    Pendekatan Pendidik
            Pendekatan merupakan strategi yang dapat dilakukan pendidik dalam meniadakan dan menghentikan prilaku buruk anak didik. Beberapa cara dalam menangani peserta didik yang membuat masalah tanpa menyelesaiakan melalui marah dan menghukum yaitu:
a)    Pendekatan dengan mendekati dan ajak bicara.
Jika ada peserta didik yang berbuat masalah, pendidik sebaiknya jangan memarahi, menghukum, atau memberi sangsi (mempermalukan) anak didik. Akan lebih baik jika pendidik melakukan pendekatan yang bersifat personal dengan mengajak bicara baik-baik dan memberi nasehat. Memarahi dan menghukum anak didik merupakan cara yang kurang efektif. Selain anak didik merasa dipermalukan, cara itu juga mengganggu siswa lain dalam melakukan kegiatannya, sehingga situasi dan kondisi siswa lain terganggu.[32]. pendidik perlu bersabar dan berleku bijaksana terhadap peserta didik, karena sikap dan perbuatan anak didik merupakan tugas dan amanah pendidik untuk mengarahkan pada kedaan yang positif.
Firman Allah SWT.
`yJs9ur uŽy9|¹ txÿxîur ¨bÎ) y7ÏsŒ ô`ÏJs9 ÏQ÷tã ÍqãBW{$#  
Artinya:    Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan. (Q.S. Asy-Syura Ayat: 43).[33]

b)   Pendekatan dengan melibatkan orang tua
Melibatkan orang tua dari siswa yang sering berbuat masalah dapat dilakukan. Cara ini ditempuh jika guru menginginkan orang tuaanya terlibat secara aktif dalam proses pendidikan anak-anaknya. Dalam hal ini, pendidik menjelaskan secara rinci kelakuan peserta didik kepada orang tuanya yang bersangkutan, untuk kemuadian diupayakan solusi bersama. Ajak orang tua berdiskusi dari hati kehati merngenai masalah peserta didik. Melibatkan orang sehingga tua muncul saling pengertian bersama.[34]. pendekatan ini dapat dilakukan diasrama atau di sekolah maupun ditempat orang tua atau walinya.[35]
c)    Pendekatan guru bimbingan dan konseling. Guru BK memiliki peran yang penting terhadap perilaku anak didik.
d)   Pendekatan resep yaitu  membuat daftar aturan yang boleh dikerjakan dan tidak dikerjakan dan dipatuhi secara bersama-sama.
e)    Pendekatan pengajaran yaitu pendekatan menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik contohnya memberikan nasehat yang baik
f)    Pendekatan pola tingkah laku. Pendekatan ini terdiri dua yaitu pertama,  Pendekatan pola prilaku positif yaitu dapat dilakukan dengan memberikan stimulus peserta didik yang positif terhadap prilaku perbuatan baik. Kedua, pola penguatan tindakan negatif dapat dilakukan dengan meniadakan yang tidak menyenangkan atau tidak disukai.
g)   Pendekatan sosio-emosional; pengelolaan yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar efektif dan efesien.[36]., Halim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk mempertimbangkan situasi, bukan pribadi prilaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang dilihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatid peenyelesaian. [37] William Glasser bahwa pendidik seyogyanya membantu peserta didik untuk mendeskripsikan  masalah yang dihadapi; menganalisis  dan menilai masalah; menyusun pemecahan masalah; mengarahkan dan membantu peserta didik menyelesaian masalah dengan baik. [38]

4.    Sabar dan rela berkorban
            Hampir tiap-tiap pekerjaan, kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan, apalagi pekerjaan guru sebagai pendidik, sifat sabar perlu dipunyai seorang guru dalam mendidik[39]. Sifat sabar perlu dipumyai oleh pendidik, baik dalam melakukan tugas mendidik maupun dalam menanti hasil dari jeri  payahnya. Hasil pekerjaan tiap-tiap pendidik dalam mendidik seorang anak didik tidak dapat ditunjukkan dan dilihat dengan seketika.[40]., Firman Allah SWT.
3...... ª!$#ur =Ïtä tûïÎŽÉ9»¢Á9$#
Artinya:    ....... Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Q.S. Ali Imran Ayat 146).[41]

Firman Allah SWT.
$yg•ƒr'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qãYÏètGó$# ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÎŽÉ9»¢Á9$#
Artinya:    Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al Baqoroh Ayat 153).[42]

Firman Allah SWT.
(#qãZŠÏètFó$#ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouŽÎ7s3s9 žwÎ) n?tã tûüÏèϱ»sƒø:$#  
Artinya:    Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (Q.S. Al Baqoroh Ayat 45).[43]
D.   Kesimpulan
Pendidik yang berhasil dan baik adalah pendidik dalam menyelesaiakan kesulitan dan permasalahan mampu mengendalikan diri dalam situasi dan kondisi yang baik ketika berhadapan pada permasalahan peserta didik. Marah adalah perasaan tidak senang karena perlakuan yang tidak sepantasnya. Marah bulanlah sebuah penyelesaian tindakan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah, akan tetapi merupakan akhir dari segala kegiatan pendekatan yang dilakukan. Pendidik dengan keilmuan yang dimiliki seharusnya faham dan mengerti tentang tindakan-tindakan yang seharusnya dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehingga anak didik merasa nyaman untuk belajar. dan  banyak pendekatan yang dapat digunakan guru dalam menyelesaikan permasalahan, karenanya guru dengan keilmuannya yang telah didapatkan dan dimiliki tentunya bisa diterapkan dalam mengajar. Pendidik ketika berhadapan dengan kesulitan dan permasalahan tidak menyelesaikan persoalan dengan marah sebagai awal dari penyelesaian, tetapi dengan pendekatan yang baik, beretika mendidik.


DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. dkk. (2000). Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Redaksi. Jakarta.      
        
Ari Wahyudi,  Abu Muslih. (2008). Hakekat Sabar.  Pustaka Elposowy. KM 21 Jatinangor.

An Nawawi, Iman. (1992). Hadits Pilihan Terjemahan Hadits Arbai’in. Penerbit  Husaini. Bandung.

B.Uno, Hamzah. (2006). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.                                         PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Choiran Marzuki, A. (2010).  300 Hadis Fadhilah Amal Shaleh. Mitrapustaka. Yogyakarta.

Depertemen Agama RI. (2007). Syaamil Al-Quran Terjemahan Perkata. Sygma.         Bandung.

Fakhrudin, Arif. dkk. (2011). Alhidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid  Kode Angka. P.T. Kalim.Tangerang.

Mudasir. (2011).  Manajemen Kelas. PenerbitZanafa Publishing. Pekanbaru.

Purwanto, Ngalim. (2007).  Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.                          

Rosyada, Dede. (2004). Paradigma Pendidikan Demogratis. Kencana Prenada Media Groub. Jakarta.

Rukmana, Nana. (2007). Etika Kepemimpinan Perspektif Agama dan Moral. CV. Alfabeta. Bandung.
Rusydie,  Salman. (2011). Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas. DIVA Press. Jogjakarta.

Sujono, dkk. (2011). Belajar dan Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Syafaat, Aat. ddk. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Rajagrapindo Persada. Jakarta.

Syaifudin, Muhammad. (2012). Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Bahari Press. Yogyakarta.

Wardoyo, Sigit Mangun. (2013). Pembelajaran Konstruktivisme. CV. Alfabeta. Bandung.               















[1]Depertemen Agama RI, Syaamil  Al-Qur’an Terjemahan Perkata. (Bandung: Sygma, 2007).  hal. 49.
[2]Muhammad Syaifudin, Pegengantar Ilmu Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Bahari Press, 2012). hal. 131.
[3]Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demogratis. (Jakarta: Kencana Prenadamedia Groub, 2004). hal. 109.
[4]Hasan Alwi, dkk. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Tim Redaksi, 2000). hal. 175.
[5]Dede Rosyada, Op Cit.  hal. 111.
[6]Depertemen Agama RI, Syaamil Al-Qur;an Terjemahan Perkata. (Bandung: Sygma, 2007).             hal. 102.
[7]Dede Rosyada, Ibid. hal. 113.
[8]Salman Rusydie,  Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas. (Jogjakarta: DIVA Press, 2011).  hal. 95.
[9] Salman Rusydie, Ibid. hal. 96.
[10]Iman An Nawawi, Hadits Pilihan Terjemahan Hadits Arbai’in. (Bandung: Penerbit  Husaini, 1992). hal. 28
[11]Abu Muslih Ari Wahyudi,  Hakekat Sabar.  (KM 21 Jatinangor:  Pustaka Elposowy. 2008).    hal. 38.
[12]Depertemen Agama RI, Loc Cit. hal. 102.
[13]A. Choiran Marzuki, 300 Hadis Fadhilah Amal Shaleh. (Yogyakarta: Mitrapustaka, 2010).  hal. 212
[14]Nana Rukmana, Etika Kepemimpinan Perspektif Agama dan Moral. (Bandung: CV. Alfabeta, 2007). hal. 151.
[15] Nana Rukmana, Ibid. hal. 152.
[16]Arif Fakhrudin, dkk. Op Cit.  hal. 149 .
[17]Mudasir, Manajemen  Kelas. (Yogyakarta: Penerbit Zanafa Publishing, 2011). hal. 30.
[18]Mudasir,  Ibid.  hal. 31.
[19]Sujono, Dkk. Belajar dan Pembelajaran. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011). hal. 192.
[20]Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme. (Bandung; Cv Alfabeta, 2013). hal. 87.
[21]Depertemen Agama RI, Loc Cit. hal. 67.
[22]Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). 2007).  hal. 144.
[23]Aat Syafaat, Ddk. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja. (Jakarta: Rajagrapindo Persada, 2008). hal 139.
 [24]Mudasir, Manajemen  Kelas. (Yogyakarta: Penerbit Zanafa Publishing, 2011), hal. 79.
 [25]Sujono, Dkk. Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011). hal. 189.
 [26]Arif Fakhrudin, dkk. Op Cit., hal. 181 .
 [27]Hamzah B.Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006).  hal. 70.  
[28]Mudasir, Ibid. hal. 79.
[29]Mudasir, Ibid. hal. 39.
[30]Mudasir, Ibid. hal. 81.
[31] Mudasir, Ibid. hal. 82.
[32]Salman Rusydie,  Loc Cit. hal. 80.
[33] Arif Fakhrudin, dkk. Op Cit. hal. 488.
[34]Salman Rusydie.  Loc Cit.  hal.  81.
[35]Aat Syafaat, Ddk.  Loc Cit . hal. 143.
[36]Mudasir, Ibid. hal. 39.
[37]Mudasir, Ibid. hal. 39.
[38]Mudasir, Ibid. hal. 39.
[39]Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007).  hal. 144.
[40] Ngalim Purwanto, hal. 144.
[41]Arif Fakhrudin, dkk. Loc Cit.  hal. 69.
[42]Depertemen Agama RI,  Loc Cit. hal. 23.
[43]Depertemen Agama RI,  Ibid. hal. 7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar